disambut matahari yang mendongakkan kepalanya yang serasa bertubitubi membasahi dan membakar goresan-goresan jeritan mata, hati dan akal.
Sepuluh jam empat belas hari dua bulan dan dua puluh satu tahun,
bongkahan raga ini telah membungkusi dan menjadi representatif terbaik bagi ledakan jiwa dan sekarang ini kuperintahkan tangan ini untuk tetap bertahan mengabadikan keluh kesah sang jiwa.
Sejauh ini dunia telah ku intimi begitu akrab...
namun, aku baru tersadar akan satu hal yang teramat dekat yang tak pernah terfikir olehku sebelumnya...
"Oh Tuhan....!!
Aku......
aku tak mampu untuk melihat secara utuh...
siapa diriku...
terlebih wajahku yang tersenyum memerah...
matakupun...
hanya mampu menangkap sepenggal demi sepenggalnya...
apakah aku tersadar...??"
Melemas lesu tertunduk, pena, buku, meja dan kursi yang kududuki ini merasakan beratnya tumpukan kesombongan yang tertanam.
Tuhan.... Mohon Ampuuunnn...
Aku mengaku... menyerah...
pagi remuk yang ingin kucampakkan, telah membuatku tersenyum...
karena ku tahu...
Semua ini pasti ada akhirnya,,,
0 comments:
Posting Komentar